Setiap hari, jutaan orang di seluruh dunia harus menghadapi stres dan frustrasi akibat kemacetan lalu lintas di kota-kota besar. Kemacetan lalu lintas menjadi masalah yang tidak bisa dihindari di tengah perkembangan urbanisasi yang pesat.
Menurut data dari Kementerian Perhubungan, kemacetan lalu lintas di Indonesia menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 65 triliun setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti jumlah kendaraan yang terus meningkat, infrastruktur jalan yang tidak memadai, dan kurangnya disiplin pengendara.
Pakar transportasi, Bambang Prihartono, mengatakan bahwa stres dan frustrasi akibat kemacetan lalu lintas dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik seseorang. “Kemacetan lalu lintas dapat meningkatkan tingkat stres seseorang, yang pada akhirnya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan gangguan tidur,” ujarnya.
Selain itu, kemacetan lalu lintas juga berdampak pada produktivitas masyarakat. Menurut survei yang dilakukan oleh Universitas Indonesia, rata-rata orang Indonesia menghabiskan 4 jam setiap harinya untuk berada di dalam kemacetan lalu lintas. Hal ini tentu saja mengurangi waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk bekerja atau berkumpul dengan keluarga.
Untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas, diperlukan langkah-langkah yang konkret dan terencana. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kapasitas jalan, memperbaiki sistem transportasi umum, dan mendorong penggunaan transportasi berkelanjutan seperti sepeda atau jalan kaki.
Dengan demikian, diharapkan stres dan frustrasi akibat kemacetan lalu lintas di kota-kota besar dapat dikurangi secara signifikan. Sehingga masyarakat bisa hidup lebih nyaman dan tenteram dalam menjalani aktivitas sehari-hari.